Sabtu, 18 Oktober 2008

sejuk pagi terbawa sore hari

Saat menyusuri hutan penuh rimba dalam alam raya. Hijau ranu dedaunan silir-semilir lirih tapi pasti memyejukkan perjalanan ini. Akankah perbukitan sampai pada sorenya. Tak terbiasa berucap lalu bekata. Kaki bergetar tangan tak terasa. Sejuk dingin inginkan merasa dalam sore yang berbalut pagi. Sesungguhnya alam raya telah menyediakannya keindahannya tanpa henti henti namun pasti. Torehan kanvas bertaburan pelangi merah jingga menghantarkan lukisan sore kembali lai ke pagi. Akankah Selama berjalan Kau telusuri terjal bebatuan dan semak belukar. Rintangan itu berjalan selama pun kau mengiringinya. Liku kelokan sungai tak cukup mematahkan arang maupun batu karang. Hari ini cerah secerah apa firasat dalam batin menaruhnya di kalbu. Begitu dalam begitu sempurna walau terkadang berwarna merah jingga. Sesirat kata tersirat malu berucap maupun berkata. Akankah udara pagi terbawa sampai sore hari. Aku bertanya atau kah menanya. Begitulah alam dunia penuh dengan jelaga yang hitam tak bergolak. Mengaduknya hingga merata tak terasa sore ini telah tiba. Aku berharap walau kadang kala tak mengerti dengan pasti. Apakah jelaga akan menampakkan sinarnya.

Sabtu, 11 Oktober 2008

Aduh membingungkan

Sore menjelang ingin menuju suasana merah jingga. Akankah menghampiri jalanan yang gelap gelap gulita tanpa temaram di sampingnya. Angin semilir hanya terasa sekali-kali. Daun dan rerumputan turut menghalangi jalan sepanjang langkah.

melangkah

melangkah

melangkah

melangkah

melangkah

melangkah

melangkah

melangkah

akankah sampai pada tempat tujuan

Selasa, 07 Oktober 2008

berjalan di tepi batas

Hari ini saatnya masuk kandang membongkar-bongkar bongkahan kertas yang berserakan. Warna nya pudar karena kerah debu menempel tak karuan. Ambil pena di atas laci. Mau menulis kata-kata untuk di kirim ke sebuah tempat nan jauh di sana.  Melihat awan penuh debu tulis aja ngak ada yang melarangnya. Melihat rumput kering ngak disiram duh kasihannya. Melihat rusa melompati pagar pembatas oh tingginya. Apa yang dilihat itulah yang ditulis begitukah memahami sebuah fakta? Sampai hari ini Hue sendiri tak menyadari ada apa pada yang terjadi di sebuah fakta hari ini. Benarkah fakta itu yang kamu lihat 100% nya. Siapa sangka hari ini menulis dengan pena tanpa tinta sampai besok lusa sampai pada saatnya tiba.

""?????????????"", Hue hanya bisa bertanya sekenanya. Tulis saja semua pertanyaannya siapa sangka nanti ada yang bisa menjawabnya. Selembar kertas yang ditulisnya jadi penuh dengan kata tanda tanya. Mungkinkah mereka dan kamu mengerti apa arti tanda tanya yang suka bertanya-tanya pada sekitarnya dan sekelilingnya.

Siapa sangka hari sudah jadi jam dua sejak dulu tadi. Menengok kebun sebentar apa ada setrobery yang merah untuk sarapan siang ini. Satu dua tiga tak apa. Memang kebun belum waktunya panen. Harus bersabar dan terus berikhtiar. Satu kata ikrar selama kita hidup didunia jalankan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya. Penuh dengan jiwa walau harus sampai setua renta. Hidup itu apa yang kita lihat. Apa yang kita dengar. Apa yang kita rasakan. Dan apa adanya. Mengalir seperti lautan diterjang batu kali sejak tadi pagi. Jalan panjang mungkinkah berliku. Kalau dilihat dari jauh sih seperti gerigi gurita yang ngak ada batasnya.

Satu demi satu kata tertulis dikertas yang ditaruh dimeja dekat jendela tua yang sudah lama ngak pernah dibuka-buka. Ngak sadar juga kemana aja nyimpen kuncinya. apa males aja ngebukanya.
Aduh lelahnya menulis kata-kata kok penuh tanda tanya. Apa mungkin hanya itu bisanya . Apa mungkin pengaruh tuna aksara. Jadi kagok nulisnya. Akhirnya sampai juga baris terakhirnya dipenuhi kata tanda tanya. yang diakhiri kata.
Aku bertanya???????????????????????????
bertanyakah kamu ????????????????????????