Rabu, 26 November 2008

cemberut karena apa

Aduh sudah lama tiada. Akhirnya petualangan dimulai lagi. Ternyata Dia tak tahu siapa. Hanya sekejap mata hanya sekedarnya. Apakah ini ternyata. Apakah ini nyata. Aku berharap ada sesuatu jatuh dari balik jendela. Menatap indahnya bulan purnama. Adu sesak rasanya hati ini dalam-dalam. Berdoa semoga ada rasa yang luar biasa yang menenangkan hidup di sekitar jalan. Penuh tikungan. penuh debu. berkeluh tanpa sapu tangan dari gengaman.

Jumat, 07 November 2008

ketika berpijak

mungkin ini. mungkin itu.
entah mengapa.
Rasanya kok sudah lama.
Perjalananku terkalahkan oleh waktu.
oleh segenap tenaga.
Mungkin berfikir
mungkin mengiya.
ataukah sirna.
Ketika mendung berwarna kelabu .
Mungkin halilintar
mungkin hujan
mungkin sekarang
mungkin nanti.
setiap perkataan haruskah ada perbuatan.
mungkin kata mungkin rasa.

Sabtu, 18 Oktober 2008

sejuk pagi terbawa sore hari

Saat menyusuri hutan penuh rimba dalam alam raya. Hijau ranu dedaunan silir-semilir lirih tapi pasti memyejukkan perjalanan ini. Akankah perbukitan sampai pada sorenya. Tak terbiasa berucap lalu bekata. Kaki bergetar tangan tak terasa. Sejuk dingin inginkan merasa dalam sore yang berbalut pagi. Sesungguhnya alam raya telah menyediakannya keindahannya tanpa henti henti namun pasti. Torehan kanvas bertaburan pelangi merah jingga menghantarkan lukisan sore kembali lai ke pagi. Akankah Selama berjalan Kau telusuri terjal bebatuan dan semak belukar. Rintangan itu berjalan selama pun kau mengiringinya. Liku kelokan sungai tak cukup mematahkan arang maupun batu karang. Hari ini cerah secerah apa firasat dalam batin menaruhnya di kalbu. Begitu dalam begitu sempurna walau terkadang berwarna merah jingga. Sesirat kata tersirat malu berucap maupun berkata. Akankah udara pagi terbawa sampai sore hari. Aku bertanya atau kah menanya. Begitulah alam dunia penuh dengan jelaga yang hitam tak bergolak. Mengaduknya hingga merata tak terasa sore ini telah tiba. Aku berharap walau kadang kala tak mengerti dengan pasti. Apakah jelaga akan menampakkan sinarnya.

Sabtu, 11 Oktober 2008

Aduh membingungkan

Sore menjelang ingin menuju suasana merah jingga. Akankah menghampiri jalanan yang gelap gelap gulita tanpa temaram di sampingnya. Angin semilir hanya terasa sekali-kali. Daun dan rerumputan turut menghalangi jalan sepanjang langkah.

melangkah

melangkah

melangkah

melangkah

melangkah

melangkah

melangkah

melangkah

akankah sampai pada tempat tujuan

Selasa, 07 Oktober 2008

berjalan di tepi batas

Hari ini saatnya masuk kandang membongkar-bongkar bongkahan kertas yang berserakan. Warna nya pudar karena kerah debu menempel tak karuan. Ambil pena di atas laci. Mau menulis kata-kata untuk di kirim ke sebuah tempat nan jauh di sana.  Melihat awan penuh debu tulis aja ngak ada yang melarangnya. Melihat rumput kering ngak disiram duh kasihannya. Melihat rusa melompati pagar pembatas oh tingginya. Apa yang dilihat itulah yang ditulis begitukah memahami sebuah fakta? Sampai hari ini Hue sendiri tak menyadari ada apa pada yang terjadi di sebuah fakta hari ini. Benarkah fakta itu yang kamu lihat 100% nya. Siapa sangka hari ini menulis dengan pena tanpa tinta sampai besok lusa sampai pada saatnya tiba.

""?????????????"", Hue hanya bisa bertanya sekenanya. Tulis saja semua pertanyaannya siapa sangka nanti ada yang bisa menjawabnya. Selembar kertas yang ditulisnya jadi penuh dengan kata tanda tanya. Mungkinkah mereka dan kamu mengerti apa arti tanda tanya yang suka bertanya-tanya pada sekitarnya dan sekelilingnya.

Siapa sangka hari sudah jadi jam dua sejak dulu tadi. Menengok kebun sebentar apa ada setrobery yang merah untuk sarapan siang ini. Satu dua tiga tak apa. Memang kebun belum waktunya panen. Harus bersabar dan terus berikhtiar. Satu kata ikrar selama kita hidup didunia jalankan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya. Penuh dengan jiwa walau harus sampai setua renta. Hidup itu apa yang kita lihat. Apa yang kita dengar. Apa yang kita rasakan. Dan apa adanya. Mengalir seperti lautan diterjang batu kali sejak tadi pagi. Jalan panjang mungkinkah berliku. Kalau dilihat dari jauh sih seperti gerigi gurita yang ngak ada batasnya.

Satu demi satu kata tertulis dikertas yang ditaruh dimeja dekat jendela tua yang sudah lama ngak pernah dibuka-buka. Ngak sadar juga kemana aja nyimpen kuncinya. apa males aja ngebukanya.
Aduh lelahnya menulis kata-kata kok penuh tanda tanya. Apa mungkin hanya itu bisanya . Apa mungkin pengaruh tuna aksara. Jadi kagok nulisnya. Akhirnya sampai juga baris terakhirnya dipenuhi kata tanda tanya. yang diakhiri kata.
Aku bertanya???????????????????????????
bertanyakah kamu ????????????????????????

Selasa, 23 September 2008

masihkah disini

Pagi kemarin terasa membosankan. Membutakan mata untungkan tidak sampai membutakan hati. Pergi ketaman ladang srtobery ternyata belum juga panen. Berharap panen ini melimpah tanpa wabah. Andai saja mentari bersinar seperti pagi setiap hari. Mungkin tidak terasa gerah dan penuh gundah.

Strobery masih hijau ranu belum memancarkan sinar kemerah-merahannya. Mungkin rasanya tidak bisa ditulis pakai kata yang semestinya. Apakah ini bercanda ataukah nyata. mungkin harus kembali dulu kekandang dibalik ilalang itu. Aman dan terasa menghangatkan.

"Keringat bercampur peluh bertaburan di mukaku, uh", Hue berkeluh sesampainya di kandangnya. Sementara ilalang terus saja meninggi belum sempat dibersihkan

Andai saja siang ini bertegur sapa. Andai saja Hue bisa bercanda. Andai saja Peta buta itu memakai kacamata. Mungkin hue sudah terbang ke alam damai bertaburan bintang-bintang dan cahaya. Oh alangkah bahagianya.

Ternyata Hue masih saja disini menyendiri berteman dengan sepi. Dan mungkin nanti gelap gulita. Ngak tahu apa mau dikata. Lilin di atas meja pun hanya tersisa setengah batang. Apakah malam ini akan sia-sia. Sampai pagi menjulang lagi dari kutub timur yang ngak jelas titiknya. Walau kamu beribu-ribu kali mengitarinya.

Tetap semangat berjuang sepanjang kenangan. Tetap memakai topi saat mentari menyinari dari pagi sampai sore hari. berharap cuacanya seperti di medan penuh dengan salju yang beratapkan kristal es. Dan terbentuklah hallo siang itu. Alangkah indahnya walaupun diselimuti kegelisahan mentari yang terpancar teduh kala itu. Sampai saat ini belum ada kabar beritanya secarik kertas di ladang Strobery. Belum ada kata cerita lainnya dibaliknya. Sampai mentari tersipu sore itu.

Senin, 22 September 2008

di sini dan di sana

Pagi ini Hue terbangun juga. Sudah beberapa hari ini ia kelelahan dalam kepenatan. Di sini pagi dingin menyejukkan. walau harus menahan kantuk yang melelahkan. Udara terasa sejuk menyegarkan bagai sajak dalam suratan. Apakah begitu suasana pagi itu. Benarkah seperti itu menggambarkannya. Apakah demikian juga di sana . Apakah saya bertanya. Sepertinya sudah pernah deh berkata-kata seperti yang sebelumnya. Apakah ini dejavu. Ingatan masa lalu berulang seribu kali dalam hidupmu.

"Sekarang apa yang harus ku perbuat", Hue kebingungan saat duduk diberanda depan hanya bisa lihat depan. Mungkinkah Hue akan berjalan lurus kedepan atau kebelakang untuk meneguk segelas air bercampur kola yang masih tersisa di atas meja. Aduh lelahnya. Kenapa diluar sana kok ngak ada siapa-siapa. Apakah ini hanya perasaanku apa cuma pengelihatanku.

OH iya bagaimana kalau menerka dan memecahkan teka-teki peta buta untuk menuju ke antariksa raya. Siapa tau bisa untuk menguasai dunia yang selama ini hanya terasa selebar mangkuk. Saatnya mengambil peta dari rak di bawah meja. Sekejap Hue berlari dan sontak saja peta sudah ada di tangannya. Lihat saja peta dari tangannya. Benar-benar buta ngak punya mata. Sesuai dengan namanya begitu pulalah wujudnya.

Apakah ini jalan yang sama yang harus di lalui untuk menuju nirwana ataukah tenggelam dalam balutan matahari pagi hari ini yang diselimuti awan tebal keabu-abuan bersemu merah jambu sedikit kelabu. Teka-teki belum juga terpecahkan. Di tengah ada tanda bintang di tepi jurang ada tanda silang dan garis lurus menuju bulan agak belok ke kiri semantara titik-titik tajam banyak bertebaran disekelilingnya.

Disana apakah ada setetes embun beku yang terharu bertaburan saat birunya langit pagi berdatangan. Angin semilir merampas kebekuan agar mengalir seperti sedia kala.

"wah",Detak hue dalam hati penuh arti turut melingkari suasana tadi untuk belok kekanan atau kekiri. Mungkin apakah harus tetap disini seperti yang tadi ataukah harus mengikuti kelokan dalam belokan sempit itu. Nafas tersedak sebentar ngak tahu arah harus kemana mungkin disini dulu kembali separti yang tadi.

Aduh lelehnya pagi ini. tak ada satu teka-teki pun yang terpecahkan kalau harus membacanya sendiri. Peta buta benar-benar membutakan alam pikiran bawah sadar yang selama ini ngak pernah ku sadari ternyata alam itu menyadarkanku akan sesuatu hal.

Sampai sudah pagi buta berganti terbitnya mentari yang besinar indahnya penuh tawa dan riang mungkinkah gembira. Sinar terasa menyengat hangat sayup-sayup terasa. ingin berlari rasanya menghilangkan kegundahan ini. Dari sini menuju ke sana. Peta buta pun akhirnya diselipkan kembali di bawah meja. Hue berlari menuju taman yang penuh ladang pohon strobery.

apakah ini sudah musim panen?
Andaikata cerita ini ada yang mau melanjutkannya.
menulisnya kembali dalam bait yang berbeda.
Harapan ini mungkinkah sirna atau ada.
Bingung untuk memulai bertanya.
walau hanya dalam satu kata.

Minggu, 14 September 2008

apakah ada apa adanya

Siang ini benar benar menyengat. Banyak keringat yang harus dibasuh untuk mengusir peluh. Hawa terasa ngak ada airnya . Lelah dan dahaga menjadi satu. Saat puasa tiba harus bersabar menunggunya. Mengharap nikmat saat nanti berbuka. 

Hue ternyata lagi puasa ya. Apa ngak ada makanan terus niatnya puasa. Apa mengharap hanya nikmat di saat berbuka saja. Apakah berharap harapannya bukan harapan semu atau merah jambu.

Apa boleh buat Hue Harus tetap disitu. menunggu malam gelap gulita tiba . Disanalah saatnya Ia berada. Sudah disiapkan roket segala dari negeri tirai. Berharap nanti saatnya tiba. Apa mungkin juga tiba. haruskah mengiba untuk suasana cantik jelita. Sebiji korek api sudah terkena terik matahari sejak tadi. Untuk mengusir kelembaban di tubuhnya agar bisa menjala dalam kegelapan. Jadilah pelita. Karena dia terang sayup-sayup tapi tetaplah bisa benerang dan dapat kamu rasakan sinarnya. Menunjukkan jalanmu menuju yang lurus.

Mungkin mengerti mungkin tidak mengerti karena begitulah fitrahnya kalau berada didunia fana. penuh kehampaan tetapi tetap bisa bernafas. Haruskah ikhlas sampai saatnya  tiba.

"Oh tidak", Hue merenung tapi muka kok murung membaca ayat kata yang sulit diterjemahkan dalam bahasanya.

Tahukah kamu bahwa dunia ini tidak benar-benar bulat?

Sabtu, 06 September 2008

apakah damai akan datang

Sore yang merah dari barat daya. berjuta warna cukup merah jingga. Terpikat sinarnya tak hayal gelap gulita didepan mata. Sirna sudah siang gersang kerontang. Dingin malam akan kah membunuhku. Hue pun pergi ke perapian menyalakan lilin tuk menghangatkan badan. Perasaan yang bersemayam didalam terus gundah gulana. Tak ada surat yang datang walau seucap. Merpati hanya terbang tinggi lalu pergi.

Mungkin lusa atau esok ada sesuatu kabar yang menghampiri tepat didepan kelopak mata. Mata mengantuk tapi tidak bisa,merahnya terasa. Perih pedih hanya melihat lilin dari balik jendela. Bukan takut bukan apa tapi hanya merasa. Munginkah hujan akan menghuyur kebun sayur di belakan rumah tanpa jendela. Ataukah ini cuma bualan yang ada sepanjang masa. Dari pagi siang dan sore hari.

Hue berharap ada teman yang mau mengutarakan pendapat dan bertukar pikiran. Membuat baling-baling angin untuk terbang ke angkasa raya. Melihat bima sakti beserta teman-temannya. Mungkinkah hallo antartika terlihat juga.Terus terbang ke bulan melihat bongkahan dibaliknya yang selama ini tak sempat terlihat sama sekali dari bumi walau hanya satu kali.

Gulungan peta sudah siap dibuka untuk mengetahui jalan di angasa. Mungkinkah ada orang yang mau menunjukkan dimana harus memulai jalan kesana. Apakah kamu tahu karena berharap kamu tahu. Mungkin hati ini akan senang sepanjang masa. Masa lalu telah terlampaui. Kini hanya menunggu harapan baru pergi ke antariksa. Di suatu tempat antah berantah yang disana bisa menanam stroberry. Dan terus bertegur sapa sepanjang masa.

"Hallo", Hue bersuara lirih terucap.

Senin, 01 September 2008

Hari Istimewa

Aduh senangnya matahari bersinar dengan indahnya. Siulan burung sahut-sahut memandang. Tidak ada debu berterbangan.Lelah dan dahaga terasa sirna. Menejukkan sekali. Bagai salju turun gurun berkali-kali.

"Aku mau terbang", Hue senang dengan cuaca hari ini. Terasa di alam mimpi. Ku harap ini bukan mimpi.

Hanya ini saja yang Hue ceritakan. Betapa senangnya hari ini. Senangnya ngak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ini hari baik. Semua orang mengharapkannya. Karena hari nin terasa menyejukkan walau kita di tengah badai kekeringan.

Selasa, 26 Agustus 2008

Apa mau dikata

Sepertinya kejadian hari ini akan terus berulang sampai selanjutnya. Hue tidak bisa berkata apa-apa. Saat dihampirinya secarik kertas yang digantungnya masih kosong ngak ada isinya setitik pun tak ada putih bersih tak berdosa. Hue pun menaruhnya kembali dan menaruh harapan semu yang tak kunjung padam. Betapa muram termenung dipangkuan batu kuarsa diselimuti pasir berhembus debu. Mata pun silau sinar yang dipantulkannya.

Sepertinya hari ini akan cerah bila sinar itu tak banyak tertutup awan. Angin pun semilir nyaring bunyinya. Tak terasa hari demi hari sudah terlewati. Tak kuasa rasanya memperhatikan silau pasir kuarsa disana. Hue pun balik kandang. Sendiri lagi tak ada teman untuk bicara. Apa memang sudah wajib untuk ngak bisa bicara. Hue pun tergolek lemas di kursi dekat meja. Sepatah kata pun tertuang dalam catatannya yang sudah beberapa hari ditinggal tidur. Ternyata pena pun sudah mau mulai mengering. Hue ngak bisa berkata-kata. Menuangkannya dalam batin yang penuh sesak dengan gundah selama ini.

"Kemanakah mereka? kemanakah dia? kemanakah angin itu membawanya." Hue ngak punya jawabannya karena ngak ada yang mau jawab. Apa malu jawab. Hue pun merasa malu dengan pertanyaan yang kacau ngak punya arah. Ditulisnya didinding pakai aksara lama . Supaya ngak ada yang tahu apa maksudnya.

Semangat akan patah arang daripada abu. Satu demi satu masa lalu makin jauh aja. Ngak ada kabar berita. Seperti orang hilang ingatan yang ingat segalanya. Berburu rusa ke padang tandus. Apakah selama ini salah arah. Siapa yang memasang arah di samping jembatan itu. Sengajakah dia. Ini jalan yang benar apa sudah jauh salah duga untuk melewatinya. Pikirku dalam benak benuh tanya lanjutkan saja ngak ada salahnya hidup didunia. Begitulah alam semesta akan menjawab dengan bantuannya yang tak terduga. yang terus berotasi pada porosnya. Hal demikian supaya kamu tahu dan mau mempelajarinya setiap makna yang kadang tak berarti sama sekali. Apakah ini sudah cukup sewajarnya. Apakah tidak berlebihan. Apakah aku bertanya?

Jumat, 22 Agustus 2008

Maha dahsyat

Apa artinya kala itu sang matasurya akan memejamkan mata. Langit berwarna jingga nanggung sekali merahnya. Angin berhembus tak karuan kemana. Daun-daun mengejek selalu jatuh enggak jatuh enggak jatuh enggak. Akhirnya berguguran satu demi satu. Begitulah suasana alam yang mau malam. Berangkat terang menuju kelam.

Dahsyatnya ternyata Hue belum bangun-bangun juga. Sampai hari ini. Makan apa tuh anak . Makan roti kali yang rasa stroberry. Stroberry dicincang kecil-kecil tanpa pemanis buatan asem sekali rasanya.

"Huahm",Hue menguap. Eh ngak jadi bangun kapan majunya kalau begini begitu melulu. Bantal guling dari bulu angsa menutupi mukanya. Makin Pulas aja Tidurnya. Puas-puasin aja lah. Waduh dapur dan kandang berantakan. Ngak apa yang merapikan apa. Dahsyatnya kekacauan yang ditimbulkan.

Mungkin Hue ngak punya teman jadi mending malas-malasan. Ngak ada permainan. Ngak ada makanan. ngak ada bacaan. Aduh susahnya jadi orang. Berharap ada yang membangunkan pakai di siram air comberan rasa durian. Kebanyakan bengong kali yah. Jadinya terus bermimpi ingin jadi astronot tapi maunya yang jalan kaki. Jelas ngak mungkin.


Blegurrrrrr......!!!!!! Blegurrrrrr......!!!!!! Blegurrrrrr......!!!!!!

Tetap ngak mau bangun. Blegur mengonggong Hue masih tidur melulu.

Dahsyatnya.............................

Kamis, 21 Agustus 2008

Sempatkah ?


Hari ini Hue masih tertidur kayaknya. Apa mungkin ngelidur. Mungkin mimpi ingin terbang ke bulan melihat bintang-bintang di awan. Siang-siang gini masih ngelindur jalan-jalan sendirian dasar pungguk berkacamata dua dimensi. Ketinggalan tuh kacamatanya. Makanya kalau jalan jangan ngelindur.

"ooo....", peri duku melihat burung hantu berkeliaran siang-siang memejamkan mata ngak pakai kacamata lagi. Siapa yang mo takut kalau gini. Hiii?

Hue memang pungguk si burung hantu itu yang bercita-cita ingin pergi ke bulan. Tapi siapa yang mau mengajaknya. Ngak tahu ah. Mungkin ada yang sudi buatkan pesawat dari kertas dan Hue pun bergelayutan terbang entah kemana sesuka-suka pesawat kertasnya. Mungkin ngak ya sampai ke bulan.

Dasar Hue mimpinya makin aneh-aneh aja. aneh aja ngak aneh-aneh amat. Kali ini Hue sempoyongan lewat jembatan. Jembatannya terbuat dari pohon talas. Malas ah menceritakannya. Penasaran ya? cerita aja sendiri. mungkin aku sih yang penasaran mengapa cerita kok sendiri. ngak enak sekali yah. Enakan kalau ceritanya di bagi pasti seru tuh sampai ke istana sang prabu dan bilang hu hue hu hue hu hue.

Ngomong-ngomong kertas dekat pohon stroberry sudah berisi belum yah? Kayak nya sih belum karena ngak ada tanda-tanda yang aneh tuh pada pohon stroberry masih merambat melulu. Mungkin akan selalu begitu. mudah-mudahan besok atau lusa ngak kayak begitu lagi. Mudah-mudahan ada yang sempat mengisi. Dan akhirnya Hue dapat bangun dari ngelindurnya yang ngak ketulungan itu. Mudah-mudahan.....

Selasa, 19 Agustus 2008

akhirnya jadi juga awalnya

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.

"Ini sebenarnya mantra apa bukan ya? Ampuh sekali untuk menulis yang sulit dibaca. Kalau hafal mungkin kamu bisa menerbangkan sepeda tanpa roda." pikir Hue.

Lalu secarik kertas disobeknya menulis bait demi bait berkali-kali. Kayak mau disetrap guru pelajaran bahasa saja. Tak terasa kertas sudah penuh dengan tulisan tanpa makna namun berguna. Betapa gembira campur bodoh ditambah ngak mudengnya Hue lihat kertas penuh coretan. Coretan yang ingin diulangi berkali-kali kala sang surya mau pamit ke barat daya.
Mumpung masih terang. Terus terang saja ia tidak bodoh bin tolol. Sesobek lagi mungkin cukup untuk hari ini.

"Mau menghafal kok ngak hafal-hafal,sih..." pekik Hue dalam batin yang penuh jurang banyak serangganya lagi kalau pagi.

Hue ngak mau bodoh sendiri kali ini. Ada saja ulah pikirannya. Ada-ada saja. Apa adanya. Seperti biasa. Sesobek kertas yang sudah sobek disobeknya untuk sesuatu tujuan. tujuan yang ditujukan yang tertuju di situ.

"Siapa ya yang mau mengisi lembaran sobek ini kalau di tempel disini?" canda batin ngak penting Hue.

Terus menunggu dan menunggu. Tapi mau tidur dulu kala itu. Sobekan yang tertempel di dahan pohon stroberry bergelayutan ngak karuan menunggu ada yang menghampirinya. Siapa tahu ada cerita dibalik pena yang dibawanya.

"Untuk malam gulita ini sudah ah menggerutunya" ceplos hue dalam sepatu bau duku sambil ber fikir siapa tahu ada orang yang juga bodoh ngak punya kerjaan mengisi lembaran ini jadi sebuah cerita yang penuh sesak dan pengap dengan fantasi.

Siapa ya selain Hue yang yang begitu bodohnya mau mngantungan jemuran di dahan srtoberry. Penasaran aku jadinya. Karena tadinya ngak begini ceritanya terus bagaimana jadinya kalau ceritanya banyak versinya. Hue pun tertidur sebentar tapi kayaknya lama kalau ngak ada yang membangunkan. Berharap paginya ada mantra lagi muncul dengan sendirinya di sobekan kertas yang bergelayutan di dahan srtoberry yang layu ngak disiram pagi tadi hingga saat ini.

"ZZzzzzzzzz................." Hue pun tertidur. Astaga jam bekernya belum nyala . Lama kayaknya mimpinya sampai siang hari. Mungkin berhari-hari. Tergantung siapa dulu yang datang disini.